Dibalik keindahan panoramanya, kawasan Gunung Fuji menyimpan sebuah misteri yang menakutkan selama puluhan tahun. Di salah satu hutan di bagian kaki gunung, terdapat sebuah hutan angker yang menjadi tempat beristirahatnya orang-orang yang mati secara mengenaskan, alias bunuh diri.
Letaknya yang sangat terpencil, dikelilingi pepohonan rindang dan lebat, hutan Aokigahara memang menjadi tempat peristirahatan yang cocok untuk menyepi dan meninggal sendiri tanpa ada yang mengetahui.
Setidaknya, setiap tahun ada sekitar 100 mayat yang ditemukan, baik tergeletak maupun tergantung di berbagai pohon yang ada di sana. Berapa jumlah pasti orang yang bunuh diri di hutan tersebut, pemeritah otoritas setempat tidak mengetahui dan menganggapnya sebagai misteri. Terlebih lagi karena luasnya area hutan yang ada.
Setali tiga uang dengan jumlahnya, alasan pemilihan tempat ini juga masih buram. Namun beberapa cerita menyebut hal itu berawal dari sebuah novel.
Seorang pakar geologi Jepang, Azusa Hayano, telah mencoba mempelajari keberadaan hutan tersebut selama 30 tahun. Namun hingga kini, pria yang mengaku telah menemukan lebih dari 100 mayat selama 20 tahun terakhir ini mengaku belum mengerti secara pasti mengenai penyebab trend yang ada di hutan tersebut.
Kini Hayano membuat sebuah film dokumenter di hutan itu bersama dengan kru dari Vice World.
Dalam satu bagian, Hayano mengajak tim ke sebuah tempat yang disebut dengan 'Jukai' (lautan pohon). Di sana, gambar menyeramkan dari mayat orang-orang yang melakukan bunuh diri, ada yang sudah menjadi kerangka dengan pakaian yang masih utuh, ada juga mayat yang masih menggantung di atas pohon.
Azusa Hayano telah menemukan 100 mayat dalam 20 tahun terakhir.
Meski banyak yang memutuskan mengakhiri hidup, namun tidak sedikit juga dari mereka yang membatalkan niatnya. Mengenai hal ini, Hayano bisa mengenali mereka yang masih memiliki keraguan. Hal itu dapat diketahui oleh beberapa tenda yang ditemukan di hutan itu.
Beberapa diantaranya masih lengkap dengan pakaian dan sepatu.
Pada sebuah kesempatan, Hayano berhasil menemukan sebuah tenda berwarna kuning. Di dalamnya ada seorang pemuda yang mengaku sedang berkemah. Dengan ramah dan bijak, Hayano mencoba mendorong sang pemuda untuk membatalkan niatnya.
"Pikirkanlah baik-baik. Lihat sesuatu dari sisi positif," katanya seperti yang dikutip dari Daily Mail.
Temuan lain yang membuat miris adalah sejumlah tali gantungan, catatan kata terakhir yang terpatri di pohon, hingga buku petunjuk untuk melakukan bunuh diri.
Saking banyaknya orang yang melakukan bunuh diri di tempat itu, pemerintah setempat bahkan harus memasang papan peringatan di awal jalur umum yang biasanya dilewati.
"Hidup Anda adalah hadiah yang tak ternilai dari orang tua, Pikirkan lahi orang tua, saudara, dan anak-anak anda. Jangan simpan sendiri. Bicarakanlah masalahmu," demikian bunyi peringatan tersebut.
Pemerintah setempat memberikan tanda peringatan kepada orang yang ingin melakukan bunuh diri.
Hayano sendiri memandang perilaku bunuh diri yang semakin marak di Jepang mengalami perubahan drastis. Dulu ritual bunuh diri dilakukan dengan menggunakan Samurai demi menyelamatkan kehormatannya. Sementara kini, banyak orang yang bunuh diri hanya karena semata-mata merasa terisolasi dari lingkungan sosial dan dunia.
"Sekarang kita bisa menjalani hidup dengan cara online setiap hari. Akan tetapi, fakta yang terpenting adalah kita masih butuh bertemu satu sama lain, membaca ekspresi mereka dan mendengarkan suara mereka sehingga kita sepenuhnya mengerti emosi yang ada dalam diri mereka," pungkasnya.
Sumber