Bintang induknya bernama HIP 11952. Sistem HIP 11952 merupakan sistem tata surya yang diketahui oleh para astronom sebagai tata surya generasi pertama. HIP 11952 juga menyandang julukan "Sannatana", kata dalam bahasa Sanskerta yang berarti abadi atau purba.
Pengamatan yang dilakukan Johny dan timnya selama sekitar satu setengah tahun di Observatorium La Silla, Chile, memperlihatkan keberadaan dua benda yang mengganggu peredaran bintang HIP 11952. Dua benda itu ternyata merupakan planet.
"Kami menemukan dua planet yang memutari bintang induk setiap 290 dan 7 hari," sebutnya di dalam laporan penelitian. Kedua planet dinamai HIP 11952b dan HIP 11952c. Mereka menggunakan metode yang disebut kecepatan radial (radial velocity) dalam menemukan planet-planet purba.
Berdasarkan perhitungan, massa planet tersebut adalah masing-masing 0,78 dan 2,93 massa Planet Jupiter. Keduanya terpisah dari bintang induk sejauh 0,81 dan 0,07 jarak antara Bumi dan Matahari. HIP 11952 sendiri memiliki massa 83 persen massa Matahari dengan jari-jari sekitar 1,5 kali lebih besar serta diketahui miskin unsur berat.
Bintang dengan kandungan metal yang rendah telah lama diketahui sebagai benda langit yang terbentuk pada permulaan usia alam semesta. HIP 11952 berusia 12,8 miliar tahun atau tercipta kurang dari satu miliar tahun setelah fenomena Dentuman Besar (Big Bang). Sebagai perbandingan, Matahari baru berusia 4,5 miliar tahun. Menurut Johny, bahkan saat sistem keplanetan ini muncul, Galaksi Bimasakti belum terbentuk secara sempurna.
Ia menambahkan, "HIP 11952 bukan bintang yang mati, melainkan masih hidup. Dan karena jaraknya yang dari Bumi hanya 375 tahun cahaya, tidak jauh, bayangkan saja ini serasa kita menemukan benda arkeologi di pekarangan rumah sendiri."
Hasil penelitian yang dikerjakan Johny ketika berasosiasi ke Max-Planck Institute for Astronomy Jerman ini diterbitkan di dalam jurnal online Astronomy & Astrophysics. Sebelumnya ia pernah juga berhasil menemukan planet baru di Galaksi Bimasakti, yakni HIP 13044.
Sumber