Mesin perang dari Perancis
Jet tempur Rafale |
Jet Tempur Mirage |
Pesawat Pengintai AWACS |
Mesin perang dari Inggris
Kapal Selam Trafalgar |
Jet Tornado GR4 |
Pesawat E3D Sentry |
Jet Tempur VC10 |
Pesawat Pengangkut BBM udara Tristar |
Mesin perang dari Amerika Serikat
B-2 Stealth Bomber |
Jet Harrier |
US Tomahawk |
Kapal Induk USS Enterprise |
Kapal Induk USS Carl Vinson |
Mesin Perang dari Kanada
Kapal Perang HMCS Charlotte Town |
Mesin Perang dari Italia
F-16 |
Eurofighters |
Libya akhirnya bernasib seperti Irak. Diperangi ketika menolak kemauan Barat. Dipimpin Amerika Serikat, serangan dimulai Sabtu (19/03/2011) waktu setempat ketika pasukan Amerika Serikat dan Inggris menembakkan serangan rudal.
Tercatat sedikitnya 110 rudal jelajah Tomahawk diarahkan ke sasaran di Libya, yakni lokasi-lokasi yang dianggap pertahanan udara Moammar Khadafy.
Seorang pejabat penting mengonfirmasi serangan rudal itu setelah Presiden Barack Obama memerintahkan “aksi militer terbatas” untuk membantu resolusi PBB yang mendukung intervensi bersenjata terhadap rezim Khadafy.
Laksamana William Gortney mengatakan pada wartawan bahwa “awal siang ini 110 lebih rudal jelajah Tomahawk telah ditembakkan dari kapal dan kapal selam AS dan Inggris, menghantam lebih dari 20 sistem pertahanan udara terintegrasikan dan fasilitas pertahanan ke darat lainnya.
Rudal pertama menghantam pada pukul 19 GMT (pukul 02.00 WIB) menyusul serangan udara yang dilakukan sebelumnya oleh pesawat perang Perancis, kata Gortney, direktur staf gabungan AS.
“Itu tahap pertama dari operasi banyak tahap” untuk melaksanakan resolusi PBB dan mencegah rezim Libya menggunakan pasukan terhadap rakyatnya sendiri, ujarnya. Satu kapal selam Inggris bergabung dengan kapal dan kapal selam AS lainnya dalam serangan rudal itu, katanya.
AS dan negara-negara sekutunya belum menerapkan zona larangan terbang dengan pesawat yang mematroli angkasa, katanya, tapi “kami akan menetapkan kondisi untuk dapat mencapai keadaan itu”.
“Misi kami sekarang ini adalah untuk membentuk ruang pertempuran dalam satu cara di mana mitra-mitra kami mungkin akan mengambil pimpinan,” kata dia, memberi kesan lebih banyak peran dukungan pada militer Amerika.
Ketika ditanya apakah AS akan mengirim jet tempur untuk melakukan serangan pengeboman di Libya, Gortney menolak menjawab.
Merujuk pada peta operasi, Gortney menjelaskan sebagian besar sasaran “adalah di atau dekat pantai, kenyataan yang membuat kehancuran mereka penting untuk melaksanakan zona larangan terbang, sejak begitu banyak aktivitas udara kami saksikan dan begitu banyak upaya militer rezim itu terjadi di bagian negara itu”.
Sasaran itu termasuk tempat-tempat rudal permukaan-ke-udara, tetapi terlalu dini untuk mengatakan seberapa efektif serangan Tomahawk itu, ujarnya.
“Karena ini malam di sana, akan ada beberapa waktu lagi sebelum kami mendapat gambaran komplet mengenai keberhasilan serangan ini,” kata laksamana itu. Operasi AS itu—dinamai “Odyssey Dawn” (Petualangan Fajar)—menyusul misi awal pesawat perang Perancis, yang melakukan empat serangan udara pada Sabtu, yang menghancurkan beberapa kendaraan lapis baja pasukan Khadafy.
Dua destroyer angkatan laut AS dan tiga kapal selam AS telah ditempatkan di Laut Tengah dekat Libya, semuanya diperlengkapi dengan rudal jelajah Tomahawk.
Sedikitnya dua negara Arab sekutu Amerika Serikat ikut ambil bagian dalam serangan udara ke Libya.
AFP melaporkan, Uni Emirat Arab (UEA), negara mungil di Teluk Persia, ikut memberikan bantuan 24 jet tempur untuk bergabung dengan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya menggempur Libya, negeri kecil di ujung Afrika Utara yang hanya berpenduduk 6,4 juta jiwa.
Ke-24 jet tempur yang akan ikut memerangi warga sesama Arab itu terdiri atas Mirage 2000-9 dan F-16.
Qatar, negara Arab kecil lainnya di Teluk dan merupakan sekutu Amerika Serikat, juga ikut membantu empat sampai enam Mirage 2000-5, demikian pejabat Perancis, salah satu motor utama invansi ke Libya.
Keterlibatan negara-negara Arab dalam serangan udara ke Libya memberi kesan bahwa gempuran militer untuk menyingkirkan Moammar Khadafy, pemimpin anti-Amerika, tidak melulu dilakukan bangsa "kafir", melainkan juga orang sesama bangsa Arab.
Khadafy selalu mempropandakan bahwa serangan ke negaranya dilakukan orang kafir dan kaum imperialis yang ingin mengontrol minyak negara itu.
Khadafy, yang berkuasa sejak 41 tahun lalu, merupakan kerikil Amerika Serikat di Afrika maupun negara Arab.
Serangan udara yang dimotori Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa ke sebuah kawasan sipil membunuh 48 orang dan melukai 150 orang, demikian Aljazeera melansir laporan televisi pemerintah Libya.
Ibu kota Libya, Tripoli, dan kota-kota besar lainnya seperti Benghazi, Misurata, dan Zuwarah termasuk dalam target-target serangan udara pasukan Amerika Serikat dan sekutunya.
Pemimpin Libya Moammar Khadafy berjanji akan melawan dan membuka gudang senjata untuk rakyatnya yang ingin melawan pasukan asing.
Sedikitnya dua negara Arab sekutu Amerika Serikat ikut ambil bagian dalam serangan udara ke Libya.
AFP melaporkan, Uni Emirat Arab (UEA), negara mungil di Teluk Persia, ikut memberikan bantuan 24 jet tempur untuk bergabung dengan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya menggempur Libya, negeri kecil di ujung Afrika Utara yang hanya berpenduduk 6,4 juta jiwa.
Ke-24 jet tempur yang akan ikut memerangi warga sesama Arab itu terdiri atas Mirage 2000-9 dan F-16.
Qatar, negara Arab kecil lainnya di Teluk dan merupakan sekutu Amerika Serikat, juga ikut membantu empat sampai enam Mirage 2000-5, demikian pejabat Perancis, salah satu motor utama invansi ke Libya.
Keterlibatan negara-negara Arab dalam serangan udara ke Libya memberi kesan bahwa gempuran militer untuk menyingkirkan Moammar Khadafy, pemimpin anti-Amerika, tidak melulu dilakukan bangsa "kafir", melainkan juga orang sesama bangsa Arab.
Khadafy selalu mempropandakan bahwa serangan ke negaranya dilakukan orang kafir dan kaum imperialis yang ingin mengontrol minyak negara itu.
Khadafy, yang berkuasa sejak 41 tahun lalu, merupakan kerikil Amerika Serikat di Afrika maupun negara Arab.
Serangan udara yang dimotori Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa ke sebuah kawasan sipil membunuh 48 orang dan melukai 150 orang, demikian Aljazeera melansir laporan televisi pemerintah Libya.
Ibu kota Libya, Tripoli, dan kota-kota besar lainnya seperti Benghazi, Misurata, dan Zuwarah termasuk dalam target-target serangan udara pasukan Amerika Serikat dan sekutunya.
Pemimpin Libya Moammar Khadafy berjanji akan melawan dan membuka gudang senjata untuk rakyatnya yang ingin melawan pasukan asing.
Saksi mata di Libya mengatakan sebuah pesawat tempur Libya ditembak jatuh di wilayah kubu pemberontak Benghazi, Sabtu. Suara-suara ledakan juga terdengar di daerah ini.
Kekerasan baru pecah setelah pernyataan gencatan senjata, Jumat, oleh pemimpin Libya Moammar Gaddafi, yang juga mengatakan dirinya siap untuk membuka saluran dialog dengan oposisi pemberontak.
Pertempuran Sabtu terjadi beberapa jam sebelum pertemuan darurat internasional di Paris di mana negara-negara kuat di dunia, termasuk Amerika, PBB, Liga Arab dan Uni Eropa, akan mempertimbangkan tanggapan atas krisis di Libya.
Presiden Amerika Barack Obama memperingatkan Gaddafi kemarin, bahwa pasukannya harus menghentikan serangan terhadap rakyat Libya, karena kalau tidak, akan menghadapi tindakan militer. Obama menambahkan bahwa Amerika tidak akan mengerahkan pasukan darat. Obama juga mengatakan pasukan Gaddafi harus mengizinkan bantuan kemanusiaan mencapai penduduk sipil.
Dewan Keamanan PBB mengesahkan zona larangan terbang, Kamis, atas angkasa Libya. Negara-negara yang berpartisipasi dalam penerapan zona larangan terbang sedang mengerahkan kapal-kapal dan pesawat-pesawat di seluruh wilayah tersebut.
<object style="height: 390px; width: 640px"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/x_HpVhALdnY?version=3"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="allowScriptAccess" value="always"><embed src="http://www.youtube.com/v/x_HpVhALdnY?version=3" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true" allowScriptAccess="always" width="640" height="390"></object>
<object style="height: 390px; width: 640px"><param name="movie" value="http://www.youtube.com/v/7PINhB0nu9c?version=3"><param name="allowFullScreen" value="true"><param name="allowScriptAccess" value="always"><embed src="http://www.youtube.com/v/7PINhB0nu9c?version=3" type="application/x-shockwave-flash" allowfullscreen="true" allowScriptAccess="always" width="640" height="390"></object>
Bila ada perang, tetap saja rakyat sipil yang jadi korban dan menderita. Inilah yang terjadi di Libya berbekal ijin dari Dewan Keamanan PBB negara-negara yang masuk dalam koalisi sekutu membombardir Libya dengan tujuan menghancurkan rejim Khadafi yang dianggap diktator, namun mayoritas korban yang jutuh tetap saja lebih banyak dari kalangan sipil. Apakah Libya bakal bernasib seperti Iraq dan Afghanistan?
Petugas Kesehatan Libya menyatakan jumlah korban tewas serangan udara Amerika Serikat dan sekutunya meningkat menjadi 64 orang. “Orang meninggal setelah terluka meningkatkan jumlah korban jiwa,” kata petugas yang tak mau disebutkan namanya seperti dikutip dari kantor berita Reuters.
Pasukan Amerika Serikat bersama sekutunya menyerang Libya dengan melontarkan ratusan misil dari pesawat tempur mereka. Ini menjadi intervensi besar Barat terhadap pemimpin Libya Muammar Qadhafi di dunia Arab sejak invasi Irak pada 2003. Amerika Serikat hari ini menyatakan serangan itu sebagai tindak lanjut resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa.
Qadhafi menyatakan korban tewas serangan ‘teroris’ itu berjumlah 48 orang dan melukai 150 orang lainnya. Dia juga menjelaskan masih ada gelombang serangan udara ke Tripoli awal Ahad ini. Pesawat Prancis juga menghancurkan tank dan kendaraan tempur dekat Benghazi.
Siapapun mengetahui Libya merupakan negara yang memiliki cadangan minyak dan gas bumi sangat besar, dan siapapun sudah mengetahui apa yang dilakukan para Sekutu (Negara Koalisi) barat setelah menguasai Irak juga Afghanistan yang sebenarnya lebih pada masalah ekonomi dari pada masalah politik. Inilah model Neo Kolonialisme negara barat pada negara dunia ketiga. Berdalih membantu rakyat setempat yang ditindas pemimpin yang diktator, akhirnya menguasai perekonomian negara tersebut. Dan pada akhirnya negara sekutu menempatkan pemimpin boneka yang bisa disetir dan dikendalikan untuk kepentingan negara sekutu barat.
Source : tribunnews.com