September 2, 2011

Rainbow Valley, Lembah Kematian di Gunung Everest




Tidak seindah namanya, Rainbow Valley adalah tempat dimana seorang pendaki gunung everest akan menemukan berbagai mayat pendaki dengan jaketnya yang berwarna-warni membeku disana. Ini adalah foto-foto dari sebagian pendaki ‘abadi’ yang sudah puluhan tahun menetap disana.




Kematian seringkali disebabkan oleh pendaki yang tidur dan tidak bangun lagi untuk selamanya




Dua orang pendaki mendengar teriakan tolong dari seorang wanita, tapi terpaksa harus melanjutkan perjalanan karena menyelamatkan nyawa wanita itu dapat membahayakan nyawa mereka. Karena merasa bersalah, mereka mengumpulkan uang selama 2 tahun untuk kembali ke tempat wanita itu dan memberikan penguburan yang layak.


 


Karena cuaca dingin yang ekstrim mayat yang tewas 50 tahun yang lalu masih dapat bisa dikenali dengan sedikit bagian yang mulai membusuk


 


Gua Green Boots yang terdapat di ketinggian 8500m menjadi terkenal karena adanya mayat seorang pendaki yang masih memakai sepatu bootsnya yang berwarna hijau terang.


 


Mengembalikan mayat-mayat di tempat ini adalah suatu hal yang hampir tidak mungkin. Helikopter tidak bisa mencapai setengah ketinggian dari gunung dengan puncak tertinggi di dunia ini.


 


Ini adalah jasad dari George 
Mallory yang hilang pada pendaikan tahun 1924. Mayatnya baru ditemukan 75 tahun kemudian yaitu pada tahun 1999.


 


Terkadang pendaki bertemu dengan pendaki lainnya yang sekarat di dalam perjalanan ke puncak. Sayangnya mereka tidak punya jalan untuk menolong mereka dan harus membiarkan mereka tewas.




Banyak pendaki yang bilang bahwa hal tersulit dalam mendaki everest adalah melewati mayat-mayat ini.
  


Dibutuhkan biaya sebesar $25
 – $60 untuk mencapai puncak, namun terkadang gunung ini meminta nyawa. 





Mendekati puncak pendaki dapat mengalami frost-bite seketika







Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

NEGARA-NEGARA YANG MELIHAT MY BLOG

free counters
 
Solusi Cerdas Copyright © 2012 Blogger Template Designed by Fuji Kalor